Welcome to my blog
Posted by : Mrrs Jumat, 03 Mei 2013





Bayern Munich dan Borussia Dortmund menciptakan sejarah setelah memastikan langkah ke final Liga Champions musim ini. Apakah ini pertanda kebangkitan sepakbola Jerman? Lalu, apakah era Barcelona sudah berakhir?

Untuk kali pertama dalam sejarah, dua klub asal Jerman saling bertemu di final Liga Champions. Munich melangkah ke final setelah menyingkirkan Barcelona dengan agregat kemenangan 7-0, sedangkan Dortmund mengalahkan raksasa Spanyol lainnya, Real Madrid (agregat 4-3).


Ini adalah kali keempat final sesama negara terjadi di Liga Champions. Final sesama negara sebelumnya terjadi ketika Real Madrid mengalahkan Valencia 3-0 pada 2000, selanjutnya AC Milan menekuk Juventus pada 2003, dan terakhir ketika Manchester United mengalahkan Chelsea pada 2008.


Ini adalah kali ke-10 Munich melangkah ke final, dan ketiga dalam empat musim terakhir. Sedangkan bagi Dortmund, ini adalah kali pertama tim berjuluk Die Schwarzgelben itu melangkah ke final sejak menjuarai Liga Champions pada 1997.


Kebangkitan Sepakbola Jerman


Ketika undian semifinal Liga Champions dilakukan, banyak pihak yang memprediksi akan terjadi El Clasico antara Barcelona melawan Madrid di final. Namun, yang terjadi justru Der Klassiker (sebutan untuk rivalitas Munich dengan Dortmund di pentas Liga Jerman).


Bagaimana Jerman bisa membangun kembali dinasti sepakbola mereka? Semuanya mungkin bermula usai kegagalan Der Panzer di babak grup Piala Eropa 2000. Ketika itu, Federasi Sepakbola Jerman (DFB) fokus membenahi regulasi kompetisi.


Ketika itu, 60 persen pemain di Bundesliga adalah pemain asing. DFB pun mulai fokus membenahi sepakbola usia dini. Perlahan tapi pasti, kerja keras DFB mulai menunjukkan hasil. Kini, sebagaimana dikutip dari Fox Sports, hanya ada 22,4 persen pemain asing di Bundesliga.


Jerman pun mulai kebanjiran pemain-pemain muda bertalenta. Di Dortmund, ada Mario Goetze, Marco Reus, Mats Hummels, Ilkay Gundogan, Sven Bender dan Marcel Schmelzer. Di Munich, ada Thomas Mueller, Jerome Boateng, dan Toni Kroos, yang semuanya masih di bawah 25 tahun.


Bundesliga juga lebih manusiawi untuk pesepakbola. Kompetisi tertinggi di Jerman itu memang tidak semewah Premier League ataupun La Liga, namun Bundesliga lebih memperhatikan pemain. Hal itu terbukti dengan memberi waktu jeda paruh musim paling lama, yakni satu bulan.


Contohnya musim ini, Bundesliga libur mulai 15 Desember 2012 hingga 19 Januari 2013. Jauh berbeda dengan La Liga yang libur hanya dua pekan, bahkan Premier League memainkan pertandingan satu hari setelah Natal dan Tahun Baru.


Klub-klub Jerman biasanya memberi libur total selama dua pekan, dan dua pekan lagi untuk persiapan hingga akhir musim. Jadwal tersebut memungkinkan Munich dan Dortmund memiliki stamina yang lebih baik, serta tidak ada pemain yang cedera.


"Ketika Anda menghadapi tim-tim asal Jerman saat Maret dan terutama April, sebagai klub asal Inggris dan Jerman, Anda akan mengalami masalah," ujar manajer Arsenal, Arsene Wenger, yang timnya disingkirkan Munich di babak 16 besar.


Gelandang Barcelona, Xavi Hernandez, juga mengakui Munich unggul stamina. "Saat ini Bayern dalam level terbaik. Secara stamina, kami sangat buruk dan banyak pemain penting yang cedera. Sedangkan Bayern lebih baik, secara mental dan stamina," papar Xavi.


Akhir Era Barcelona?


Setelah kalah dengan agregat 0-7 dari Munich, era kehebatan Barcelona dianggap sudah berakhir. Tapi, benarkah era tiki taka Barcelona sudah berakhir?


Contoh akhir sebuah era yang lebih tepat mungkin terjadi ketika Barcelona era kepemimpinan pelatih Johan Cruyff. Usai kalah 0-4 dari AC Milan di final European Cup 1994, Azulgrana harus menunggu selama 14 tahun untuk bisa kembali ke final. 


Akhir sebuah era lainnya, bisa kita lihat ketika Liverpool tidak pernah meraih gelar Liga Inggris sejak musim 1989/1990. Sedangkan Barcelona, saat ini pelatih Tito Vilanova memiliki skuad yang masih bisa berbicara banyak.


Hanya Carles Puyol, Xavi, Victor Valdes, Eric Abidal dan Jose Pinto yang usianya di atas 30. Pedro Rodriguez masih 25 tahun, Gerard Pique 26 tahun, Jordi Alba 23 tahun, Sergio Busquets 24 tahun, Andres Iniesta 28 tahun dan Cesc Fabregas 25 tahun.


Lalu, apa masalah Barcelona di semifinal? Kuncinya, Barcelona harus punya rencana lain jika Lionel Messi tidak bermain. Blaugrana harus punya jalan ke luar jika bermain tanpa kehadiran Pemain Terbaik Dunia empat kali tersebut.


Barcelona memang kalah di semifinal Liga Champions musim ini, tapi tim dengan komposisi yang tidak jauh berbeda juga mengalami hal yang sama pada semifinal 2008 dan 2010. Ketika itu, klub yang bermarkas di Camp Nou tersebut berhasil bangkit dan menjadi juara di musim berikutnya, pada 2009 dan 2011.


Barcelona juga harus segera menambah amunisi di setiap lini musim depan. Vilanova tidak boleh terus memaksakan Javier Mascherano, Adriano atau Sergio Busquets menjadi bek tengah. Azulgrana juga butuh bomber anyar untuk menggantikan peran David Villa yang tumpul sejak kembali dari cedera.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Translate

English French German Spain Russian Japanese Arabic Chinese Simplified

jam

Popular Post

Labels

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact Me

- Copyright © MRRS Inc. -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -